Wednesday, October 7, 2015

Sub Periosteal dan Supra Periosteal

MAKALAH ANASTESI
PENATALAKSANAAN TEKNIK INFILTRASI SUB PERIOSTEAL dan SUPRA PERIOSTEAL



DISUSUN OLEH :




1.    DEWI PUTRI AYU LESTARI (2013-11-051)
2.    DWI ELMO GHOZI FAUZANO (2013-11-059)
3.    FANNY RIZKI ( 2013-11-064)
4.    FARAH ANDITA TIMUR (2013-11-065)
5.    FATMA ZAHARA (2013-11-067)
6.    FIBRINA FITRISYANOER (2013-11-070)
7.    FIESCA ARIYANI P.S (2013-11-071)
8.    FREDERICK CRISTIAN OSMOND(2013-11-073)
9.    GIOVANI RICARDO HAMONANGAN (2013-11-075)




FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA

2014/2015



BAB II
LANDASAN TEORI



2.1           Definisi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan hanya digunakan bila tidak ada alternatif lain atau bila anestesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligament.
Suntikan subperiosteal harus dihindari untuk pencabutan gigi rutin, biopsy jaringan lunak, atau prosedur jaringan lunak lainnya karena periosteum dari tulang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki tulang, dan dapat menyebabkan hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi yang berkepanjangan. Suntikan subperiosteal akan memberikan anestesi lokal yang lebih baik ketika metode supraperiosteal tidak efektif.

2.2           Definisi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

            Supraperiosteal injeksi “Paraperiosteal injeksi” lebih umum disebut infiltrasi lokal merupakan teknik anastesi yang sering digunakan untuk anastesi pulpa pada perawatan satu atau dua gigi, dimana penyuntikan dilakukan di sebelah luar atau di atas periosteum.
            Pada rahang atas dan rahang bawah sebelah anterior cortical plate sebelah luar tipis, bila larutan anastesi lokal di deposit di luar atau di atas periosteum maka larutan anastesi dapat meresap masuk ke periosteum ke cortical plate lalu ke tulang alveolar yang porus.




BAB III
PEMBAHASAN



1.1           Teknik Infiltrasi

Berikut adalah beberapa teknik untuk infiltrasi
1.             Disarankan menggunakan jarum pendek dengan diameter 27 gauge
2.             Area insersi: pada daerah mucobuccal fold di atas apeks pada gigi yang akan dianestesi
3.             Area taget: region apical
4.             Landmarks:
a.         Mucobuccal fold
b.        Mahkota gigi
c.         Root contour gigi
5.             Orentasi bevel: menujuataumenghadaptulang
6.             Prosedur:
a)        Mukosa dari mucobuccal fold dari gigi yang akan ditreatment, dikeringkan
b)        Olesi daerah tersebut dengan atantiseptik atau topical anastesi
c)        Jarum dimasukkan pada mucobuccal fold atau mucolabial fold. Bevel jarum menghadap tulang, jarum diarahkan ke apeks gigi karena saraf gigi masuk melalui apeks. Jarum suntik dimasukkan sampai di atas periosteum
d)       Aspirasi untuk melihat apakah jarum suntik masuk ke pembuluh darah atau tidak
e)        Jika tidak terdapat darah depositkan larutan anastetikum sebanyak 0,6 ml (1/3 cartridge), lakukan secara perlahan selama 20 detik. Untuk gingiva sebelah palatal atau lingual, jarum suntik dimasukkan 5-10 mm dari cervik. Cari daerah yang lunak, bevel jarum suntik menghadap jaringan lunak dari palatum dan membentuk sudut 45 derajat.

Untuk gigi M1 atas, karena akar distal M1 atasdi persarafi oleh N. Alveolaris superior posterior, akar mesial dipersarafi oleh N. Alveolaris superior media maka ada 2 cara infiltrasi M1 atas:
·           Mucobuccal fold sebelah distal depositkan larutan anastesi ¾ ml, sebelah mesial depositkan ¾ ml, di sini diperlukan dua kali penyuntikan
·           Jarum dimasukkan di pertengahan mucobuccal fold dari M1 atas, jarum diarahkan ke distal depositkan ¾ ml, tarik sedikit jarum suntik tersebut lalu arahkan ke mesial depositkan ¾ ml larutan anstesi. Bagian palatal sama dengan gigi lain 
f)         Tarik peralahan syringe
g)        Tunggu 3-5 menit sebelum prosedur dental selanjutnya


1.2           Indikasi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Terdapat beberapa indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.      Teknik ini biasa digunakan pada palatum
2.      Teknik ini bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi,

3.3     Indikasi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

            Terdapat beberapa indikasi dari teknik infiltrasi supra periosteal, antara lain :
1.        Anastesi pulpa untuk perawatan satu atau dua gigi (pencabutan gigi, apeks reseksi, pengasahan gigi untuk pembuatan crown dan bridge)
2.        Anastesi jaringan lunak pada area yang diindikasikan untuk pembedahan.
                        
3.4       Kontra Indikasi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.        Untuk pencabutan gigi rutin
2.        Biopsy jaringan lunak, atau prosedur jaringan lunak lainnya

            Kedua kontra indikasi tersebut dikarenakan periosteum dari tulang dapat  menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki tulang, dan dapat menyebabkan hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi yang berkepanjangan.

3.5           Kontra Indikasi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.      Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
2.      Tulang padat yang menutupi apeks gigi


3.6           Keuntungan dari Aanastesi Lokal
           
            Beberapa keuntungan dari anastesi local antara lain, yaitu :
1.        Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien
2.        Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
3.        Tidak ada resiko obstruksi pernapasan
4.        Durasi anastesi sedikitnya satu jam
5.        Pasien tetap sadar dan kooperatif


3.7              Kerugian dari Anastesi Lokal

Kerugian dari teknik anastesi lokal adalah tidak diperuntukkan untuk area yang luas, karena membutuhkan lebih banyak insersi jarum dan  total volume larutan anastesi yang lebih besar.


3.8     Penatalaksanaan (persiapan alat dan bahan)

A.       Perlengkapan atau alat-alat untuk anastesi:
1.       Syringe
Macam-macam syringe:
a.                  Terbuat dari metal yaitu  metal cartridge, terdapat  3 macam:
·           aspirating type
·           non aspirating type
·           self aspirating type
b.                   Terbuat dari gelas atau kaca semua, yaitu LuerLok Type
c.                   Terbuat dari plastic yaitu disposable syringe
d.                  Kombinasi metal dangelas

2.       Jarum
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan jarum:
1)                 Jarum harus steril atau disposable
2)                 Jarum harus diganti bila sudah tiga kali pakai walaupun pada satu pasien
3)                 Memasukkan jarum kedalam mukosa jangan lebih dari 2/3 panjang jarum, karena bila lebih saat patah akan mempersulit pengambilan
4)                 Untuk infiltrasi jarum yang dipakai jarum pendek 2-2,5 cm dengan diameter 27-30 gauge

3.       Karpul atau ampul
Karpul = cartridge, terdiridari:
·               Sileder gelas dengan volume 1,8-2 ml lokal anastetikum
·               Karet untuk penghisap
·              Tutup aluminium karet diagram, tempat masuknya jarum pada cartridge
Ampul: Terbuat dari gelas semua

B.                 Posisi operator dan pasien
Rahang Atas
Ø  Posisi operator:
·       Rahang atas kanan: operator berdiri di samping penderita
·      Rahang atas kiri: operator berdiri sebelah kanan penderita dan agak kedepan
·      Tangan kiri operator: untuk jari telunjuk, menarik pipi/bibir dan memfikser syringe
·      Tangan kanan operator: untuk memegang syringe
Ø  Posisi pasien:
·      Sandaran kepaladiletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu bidang
·      Waktu membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi-gigi rahang atas membentuk sudut 45 derajat dengan lantai
Rahang Bawah
Ø  Posisi operator:
·       Kanan: operator di samping penderita agak kekanan
·       Kiri: operator berdiri di samping penderita agak kedepan
Ø  Posisipasien:
·      Sandaran kepala diletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu bidang
·      Waktu penderita membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi rahang bawah membentuk sudut 10 derajat dengan lantai

No comments:

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung ke blog saya.

Rasa lelah yang sangat terasa membuat diri ingin menyerah Rasa lelah yang sangat terasa membuat diri ingin berhenti sejenak Namun apakah bol...