Sunday, October 18, 2015

Hujan hujanan

Artikel Parenting Nabawi :
.: Ayo Hujan-hujanan :.
Oleh : Budi Ashari Lc.
Saya mengajak siapapun. Pasti yang paling senang anak-anak kita. Ayo nak, hujan-hujanan....
Karena ini bukan sekadar sebuah kesenangan bermain dengan rintik dari langit yang memang sangat menyenangkan. Juga bukan sekadar penelitian ilmiah tentang manfaat hujan, yang baru hangat dibahas hari-hari ini.
Hal ‘sepele’ ini perlu dibahas karena anak-anak pasti senang hujan-hujanan. Sementara para orangtua hari ini cenderung berkata: jangan, nanti sakit, nanti masuk angin, nanti demam, nanti pilek, dst...
Apakah itu konsep parenting yang benar?

Dengarkan kisah Anas bin Malik radhiallahu anhu berikut ini:

قَالَ أَنَسٌ: أَصَابَنَا وَنَحْنُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَطَرٌ، قَالَ: فَحَسَرَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَوْبَهُ، حَتَّى أَصَابَهُ مِنَ الْمَطَرِ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ لِمَ صَنَعْتَ هَذَا؟ قَالَ: «لِأَنَّهُ حَدِيثُ عَهْدٍ بِرَبِّهِ تَعَالَى»

Anas berkata: Kami bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kehujanan. Rasulullah shallallahu
 alaihi wasallam menyingkap pakaiannya agar terkena air hujan. Kami bertanya: Ya Rasulullah, mengapa kau lakukan ini

Beliau menjawab, “Karena ia baru saja datang dari Tuhannya ta’ala.” (HR. Muslim)
An Nawawi menjelaskan hadits ini,
“Maknanya bahwa hujan adalah rahmat, ia baru saja diciptakan Allah ta’ala. Maka kita ambil keberkahannya. Hadits ini juga menjadi dalil bagi pernyataan sahabat-sahabat kami bahwa dianjurkan saat hujan pertama untuk menyingkap –yang bukan aurat-, agar terkena hujan.” (Al Minhaj)
Ibnu Rajab dalam Fathul Bari menyebutkan bahwa para sahabat Nabi pun sengaja hujan-hujanan seperti Utsman bin Affan. Demikian juga Abdullah bin Abbas, jika hujan turun dia berkata: Wahai Ikrimah keluarkan pelana, keluarkan ini, keluarkan itu agar terkena hujan. Ibnu Rajab juga menyebutkan bahwa Ali bin Abi Thalib jika sedang hujan, keluar untuk hujan-hujanan. Jika hujan mengenai kepalanya yang gundul itu, dia mengusapkan ke seluruh kepala, wajah dan badan kemudian berkata: Keberkahan turun dari langit yang belum tersentuh tangan juga bejana.
Abul Abbas Al Qurthubi juga menjelaskan,
“Ini yang dilakukan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk mencari keberkahan dengan hujan dan mencari obat. Karena Allah ta’ala telah menamainya rahmat, diberkahi, suci, sebab kehidupan dan menjauhkan dari hukuman. Diambil dari hadits: penghormatan terhadap hujan dan tidak boleh merendahkannya.” (Al Mufhim)
Bahkan para ulama; Al Bukhari dalam Shahihnya dan Al Adab Al Mufrod, Muslim dalam Shahihnya, Ibnu Abi Syaibah dalam Mushonnafnya, Ibnu Hibban dalam shahihnya, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubro. Semuanya menuliskan bab khusus dalam kitab-kitab hadits mereka tentang anjuran hujan-hujanan.
Apa masih ada yang sangsi?
Bahwa hujan-hujanan dianjurkan...
Mengapa kita menuduh hujan yang berkah sebagai sumber malapetaka??
Kita sebagai orangtua tentu bisa mengamati kebugaran anak kita hari itu. Saat hujan turun. Kalau mereka tidak terlalu bugar kita bisa melarangnya. Tetapi kalau mereka sedang sehat dan bugar, mengapa kita larang. Tak usah khawatir. Hujan adalah keberkahan. Adalah kesucian. Hujan adalah pengirim ketenangan. Hujan bahkan penghilang kotornya gangguan syetan.
Selesai hujan-hujanan, silakan disuruh mandi, mengguyur kepalanya, minum madu, habbatus sauda’ dan lainnya. Agar kekhawatiran itu pergi. Dan keberkahan lah yang telah mengguyur kepala dan sekujur badan mereka.
Sudah siap?
Ayo...
Sumber- ‎https://goo.gl/VXQX9o-‎

Wednesday, October 7, 2015

Sub Periosteal dan Supra Periosteal

MAKALAH ANASTESI
PENATALAKSANAAN TEKNIK INFILTRASI SUB PERIOSTEAL dan SUPRA PERIOSTEAL



DISUSUN OLEH :




1.    DEWI PUTRI AYU LESTARI (2013-11-051)
2.    DWI ELMO GHOZI FAUZANO (2013-11-059)
3.    FANNY RIZKI ( 2013-11-064)
4.    FARAH ANDITA TIMUR (2013-11-065)
5.    FATMA ZAHARA (2013-11-067)
6.    FIBRINA FITRISYANOER (2013-11-070)
7.    FIESCA ARIYANI P.S (2013-11-071)
8.    FREDERICK CRISTIAN OSMOND(2013-11-073)
9.    GIOVANI RICARDO HAMONANGAN (2013-11-075)




FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA

2014/2015



BAB II
LANDASAN TEORI



2.1           Definisi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan hanya digunakan bila tidak ada alternatif lain atau bila anestesi superfisial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligament.
Suntikan subperiosteal harus dihindari untuk pencabutan gigi rutin, biopsy jaringan lunak, atau prosedur jaringan lunak lainnya karena periosteum dari tulang menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki tulang, dan dapat menyebabkan hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi yang berkepanjangan. Suntikan subperiosteal akan memberikan anestesi lokal yang lebih baik ketika metode supraperiosteal tidak efektif.

2.2           Definisi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

            Supraperiosteal injeksi “Paraperiosteal injeksi” lebih umum disebut infiltrasi lokal merupakan teknik anastesi yang sering digunakan untuk anastesi pulpa pada perawatan satu atau dua gigi, dimana penyuntikan dilakukan di sebelah luar atau di atas periosteum.
            Pada rahang atas dan rahang bawah sebelah anterior cortical plate sebelah luar tipis, bila larutan anastesi lokal di deposit di luar atau di atas periosteum maka larutan anastesi dapat meresap masuk ke periosteum ke cortical plate lalu ke tulang alveolar yang porus.




BAB III
PEMBAHASAN



1.1           Teknik Infiltrasi

Berikut adalah beberapa teknik untuk infiltrasi
1.             Disarankan menggunakan jarum pendek dengan diameter 27 gauge
2.             Area insersi: pada daerah mucobuccal fold di atas apeks pada gigi yang akan dianestesi
3.             Area taget: region apical
4.             Landmarks:
a.         Mucobuccal fold
b.        Mahkota gigi
c.         Root contour gigi
5.             Orentasi bevel: menujuataumenghadaptulang
6.             Prosedur:
a)        Mukosa dari mucobuccal fold dari gigi yang akan ditreatment, dikeringkan
b)        Olesi daerah tersebut dengan atantiseptik atau topical anastesi
c)        Jarum dimasukkan pada mucobuccal fold atau mucolabial fold. Bevel jarum menghadap tulang, jarum diarahkan ke apeks gigi karena saraf gigi masuk melalui apeks. Jarum suntik dimasukkan sampai di atas periosteum
d)       Aspirasi untuk melihat apakah jarum suntik masuk ke pembuluh darah atau tidak
e)        Jika tidak terdapat darah depositkan larutan anastetikum sebanyak 0,6 ml (1/3 cartridge), lakukan secara perlahan selama 20 detik. Untuk gingiva sebelah palatal atau lingual, jarum suntik dimasukkan 5-10 mm dari cervik. Cari daerah yang lunak, bevel jarum suntik menghadap jaringan lunak dari palatum dan membentuk sudut 45 derajat.

Untuk gigi M1 atas, karena akar distal M1 atasdi persarafi oleh N. Alveolaris superior posterior, akar mesial dipersarafi oleh N. Alveolaris superior media maka ada 2 cara infiltrasi M1 atas:
·           Mucobuccal fold sebelah distal depositkan larutan anastesi ¾ ml, sebelah mesial depositkan ¾ ml, di sini diperlukan dua kali penyuntikan
·           Jarum dimasukkan di pertengahan mucobuccal fold dari M1 atas, jarum diarahkan ke distal depositkan ¾ ml, tarik sedikit jarum suntik tersebut lalu arahkan ke mesial depositkan ¾ ml larutan anstesi. Bagian palatal sama dengan gigi lain 
f)         Tarik peralahan syringe
g)        Tunggu 3-5 menit sebelum prosedur dental selanjutnya


1.2           Indikasi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Terdapat beberapa indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.      Teknik ini biasa digunakan pada palatum
2.      Teknik ini bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi,

3.3     Indikasi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

            Terdapat beberapa indikasi dari teknik infiltrasi supra periosteal, antara lain :
1.        Anastesi pulpa untuk perawatan satu atau dua gigi (pencabutan gigi, apeks reseksi, pengasahan gigi untuk pembuatan crown dan bridge)
2.        Anastesi jaringan lunak pada area yang diindikasikan untuk pembedahan.
                        
3.4       Kontra Indikasi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal

Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.        Untuk pencabutan gigi rutin
2.        Biopsy jaringan lunak, atau prosedur jaringan lunak lainnya

            Kedua kontra indikasi tersebut dikarenakan periosteum dari tulang dapat  menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki tulang, dan dapat menyebabkan hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi yang berkepanjangan.

3.5           Kontra Indikasi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal

Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.      Infeksi atau inflamasi akut pada area injeksi
2.      Tulang padat yang menutupi apeks gigi


3.6           Keuntungan dari Aanastesi Lokal
           
            Beberapa keuntungan dari anastesi local antara lain, yaitu :
1.        Tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien
2.        Tidak membutuhkan alat dan tabung gas yang kompleks
3.        Tidak ada resiko obstruksi pernapasan
4.        Durasi anastesi sedikitnya satu jam
5.        Pasien tetap sadar dan kooperatif


3.7              Kerugian dari Anastesi Lokal

Kerugian dari teknik anastesi lokal adalah tidak diperuntukkan untuk area yang luas, karena membutuhkan lebih banyak insersi jarum dan  total volume larutan anastesi yang lebih besar.


3.8     Penatalaksanaan (persiapan alat dan bahan)

A.       Perlengkapan atau alat-alat untuk anastesi:
1.       Syringe
Macam-macam syringe:
a.                  Terbuat dari metal yaitu  metal cartridge, terdapat  3 macam:
·           aspirating type
·           non aspirating type
·           self aspirating type
b.                   Terbuat dari gelas atau kaca semua, yaitu LuerLok Type
c.                   Terbuat dari plastic yaitu disposable syringe
d.                  Kombinasi metal dangelas

2.       Jarum
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan jarum:
1)                 Jarum harus steril atau disposable
2)                 Jarum harus diganti bila sudah tiga kali pakai walaupun pada satu pasien
3)                 Memasukkan jarum kedalam mukosa jangan lebih dari 2/3 panjang jarum, karena bila lebih saat patah akan mempersulit pengambilan
4)                 Untuk infiltrasi jarum yang dipakai jarum pendek 2-2,5 cm dengan diameter 27-30 gauge

3.       Karpul atau ampul
Karpul = cartridge, terdiridari:
·               Sileder gelas dengan volume 1,8-2 ml lokal anastetikum
·               Karet untuk penghisap
·              Tutup aluminium karet diagram, tempat masuknya jarum pada cartridge
Ampul: Terbuat dari gelas semua

B.                 Posisi operator dan pasien
Rahang Atas
Ø  Posisi operator:
·       Rahang atas kanan: operator berdiri di samping penderita
·      Rahang atas kiri: operator berdiri sebelah kanan penderita dan agak kedepan
·      Tangan kiri operator: untuk jari telunjuk, menarik pipi/bibir dan memfikser syringe
·      Tangan kanan operator: untuk memegang syringe
Ø  Posisi pasien:
·      Sandaran kepaladiletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu bidang
·      Waktu membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi-gigi rahang atas membentuk sudut 45 derajat dengan lantai
Rahang Bawah
Ø  Posisi operator:
·       Kanan: operator di samping penderita agak kekanan
·       Kiri: operator berdiri di samping penderita agak kedepan
Ø  Posisipasien:
·      Sandaran kepala diletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu bidang
·      Waktu penderita membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi rahang bawah membentuk sudut 10 derajat dengan lantai

Tuesday, October 6, 2015

Makalah Periodontics


MAKALAH PERIODONTIA
Ligamen Periodontal

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1.      ESTHER JULITA
11. FINZA AULIA
2.      FADILLA RAMADHANI

12. FREDERICK
3.      FANY RIZKI
13. GIOVANI RICARDO
4.      FARAH ANDITA
14. GISWARI ZAHIRAH
5.      FARAH SALSABILA
15. HANA DWI
6.      FATMA ZAHARA
16. SANTIKA LARASATI
7.      FERDIE
17. HANA SABIELA
8.      FHIKA PICESIKA
18. HARWIDATIH
9.      FIBRINA FITRISYANOER
19. HERU OCTA
10.  FIESCA ARIYANI P.S

KELAS : B

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA) JAKARTA

2013/2014





BAB II
LANDASAN TEORI



2.1       Definisi Ligamen Periodontal
           
Ligament periodontal adalah gabungan dari jaringan yang mengelilingi akar gigi dan berfungsi sebagai pegangan gigi ke tulang alveolar. Terutama terdiri dari seikat serat kolagen yang terus menerus disusun menjadi penyambung dari gigi ke tulang alveolar. Serat ini disebut sebagai serat utama dari ligament periodontal. Pada gigi yang erupsi seikat serat tersebut terdiri dari tiga bagian terpisah. Satu bagian terletak menuju sementum, satu ke arah tulang alveolar, dan satu bidang penyambungan dikenal sebagai pleksus menengah terletak di tengah-tengah antara akar dan tulang. Pleksus ini belum diidentifikasi dalam sepenuhnya pada gigi manusia yang erupsi. Lebar rata-rata ligamen periodontal dari gigi dewasa adalah 0.18mm. Namun, merupakan bentuk seperti jam pasir, terluasnya di aspek koronal, sedikit sempit dekat puncak, dan tersempit di tengah alveolus di daerah rotasi.
Menurut kamus kedokteran gigi, ligament periodontal adalah lapisan jaringan ikat padat yang tebalnya sekitar 0,2 mm, mengitari akar gigi, terletak diantara sementum dan tulang alveolar serta terdiri terutama atas serabut kolagen (desmodontium) dan substansi dasar (proteoglikan dan glikoprotein). Tipe sel yang dianggap merupakan bagian dari ligament periodontium adalah fibroblast, sementoblas, osteoblas dan osteoklas. Mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf. Ligament periodontium terbentuk dari serabut-serabut kolagen dalam folikel gigi (selubung hertwig), sisa selular dari selubung hertwig akan tetap ada diantara serabut-serabut kolagen sampai dewasa. Fungsinya adalah untuk mekanisme pendukung bagi gigi, untuk mempertahnkan posisi vertical gigi, untuk membentuk, mempertahankan, dan memperbaiki tulang alveolar sekitarnya serta sementum, untuk mendeteksi tekanan pada gigi melalui sensor proprioseptif, dan untuk member nutrient kepada sel-sel pembentuk semen. Serabut ligament periodontium mengelompok untuk menstabilkan gigi. Sejalan dengan pertambahan usia, lebar ligament periodontium akan menurun dan akan terjadi penurunan sntesis kolagen serta protein.


2.2              Gambar Bagian Ligamen Periodontal
           




2.3       Serat – Serat Periodontal

Elemen penting dari ligamen periodontal adalah serat – serat periodontal, yang mengandung kolagen serta tersusun dalam suatu ikatan dan memiliki alur menyerupai gelombang yang dapat terlihat jelas melalui potongan melintang. Bagian ujung-ujung pangkal dari serat periodontal tertanam di dalam sementum dan tulang alveolar yang biasa disebut sebagai serat sharpey’s.
Bagian utama dari ikatan serat mengandung serat-serat tunggal dan membentuk jaringan anastomose anatar akar gigi dan tulang alveolar. Setelah tertanam didalam dinding tulang ataupun didalam akar gigi, serat Sharpey’s akan mengalami kalsifikasi.

Kolagen adalah protein yang tersusun oleh berbagai asam amino, terutama glisn, prolin, hidroksilin, dan hidroksiprolin. Kolagen dihasilakn oleh fibroblas, khondrobls, osteoblas, maupun sel-sel lainnya. Semua kolagen tersebut dapat dibedakan berdasarkan kompsisi kimiawi, distribusi, fungsi maupun morfologi. Susunan molekuler serat kolagen memungkinkan serat memiiki daya regang yang lebih besar dibandingkan jaringan lainnya karena kolagen memberikan daya fleksibilitas dan kekutan pada jaringan .
Serat – serat utama ligamen periodontal terbagi dalam 6 kelompok yaitu:

·           Serat Transeptal

Merupakan serat – serat transisi antara serat – serat gingiva dan serat utama ligament periodontal. Serat – serat transeptal meluas ke arah interproksimal melewati puncak tulang alveolar dan tertanam di dalam sementum dari gigi sebelahnya. Serat ini dapat mengalami rekrontruksi kembali bahkan setelah terjadi kerusakan tulang alveolar akibat suatu penyakit periodontal. Serat ini dianggap sebagai serat gingiva karena tidak memiliki perlekatan dgn tulang.

·            Serat Alveolar Crest

Serat ini  berjalan melintang dari sementum yang tepat di bawah epitel junctional ke puncak alveolar. Fungsi mereka adalah untuk mengimbangi dorong koronal dari serat lebih apikal, sehingga membantu untuk mempertahankan gigi dalam soket dan menahan gerakan gigi lateral.

·            Serat Horisontal

Serat ini meluas pada sudut kanan menuju sumbu panjang gigi dari sementum ke tulang alveolar.

·            Serat Oblique

Serat ini merupakan kelompokserat terbanyak didalam ligament periodontal, serat ini meluas dari sementum pada bagian koronal kemudian berjalan secara melintang kearah tulang. Serat ini cukup kuat menahan tekanan kunyah vertical dan merubah tekanan tersebut dalam bentuk regangan pada tulang alveolar




·            Serat Apikalis
Serat apikalis menyebar dari sementum kearah tulang hanya pada bagian apical dari soket gigi. Serat ini tidak akan terbentuk apabila pembentukan akar gigi belum sempurna.


·            Serat Interradikuler

Serat interradikular berjalan dari sementum ke bagian furkasi gigi pada gigi geligi berakar ganda. Ikatan – ikatan serat tersebut mengalami interdigitasi pada bagian yang tepat atau menyebar diantara ikatan serat – serat lainnya yang tersusun secara teratur. Sementara itu serat – serat kolagen yang tidak tersusun sempurna umumnya ditemukan didalam jaringan penyambung yang mengandung pembuluh darah, limfe dan saraf-saraf.
Serat utama akan dierbaiki oleh sel – sel ligament periodontal untuk menyesuaikan kebutuhan fisiologis dan juga sebagai respon terhadap berbagai rangsangan. Serat kolagen yang kecil dengan serat serat kolagen utama berjalan keberbagai arah dan membentuk pleksus yang disebut sebagai indifferent fiber plexus/pleksus serat – serat bebas


2.4              Elemen – Elemen Seluler

Pembuluh darah ditemukan pada periodontal ligament yang merupakan cabang dari 3 sumber: pembuluh darah pada apikal yang menyuplai gigi, pembuluh darah yang ada pada interproximal tulang alveolar, dan pembuluh darah pada gingival. 
Unsur-unsur seluler utama yg ditemukan pada ligamen periodontal adalah fibroblas, sel endotel, cementoblasts, osteoblas, osteoklas, makrofag jaringan, dan helai sel epitel disebut "sisa - sisa epitel Malassez". Sisa epitel Malassez membentuk anyaman didalalam ligamen periodontal. Sel sisa epitelial ini dianggap sebagai sia dari selubung Hertwig’s, yang gagal diresorbsi selama proses perkembangan akar gigi. Sel sisa epitelial tersebar didekat sementum, diseluruh ligamen periodontal, dan terbanyak pada daerah apikal maupun servikal gigi. Sel-sel ini akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia oleh karena proses degenerasi dan proses kalsifikasi. Sel – sel ini dikelilingi oleh lamina basalis dan berhubungan dengan hemidesmosom serta mengandung tonofilamen.


2.5       Substansi Dasar

Ligamen periodontal juga mengandung sejumlah besar substansi dasar yang memenuh ruangan diantara serat dal sel-sel. Substansi dasar ini terdiri dari dua komponen utama: glikosaminoglika, seperti asam hialuronik dan proteoglikan, serta glikoprotein, seperti fibronektin dan laminin. Substansi dasar juga terdiri dari air dengan kadar yang cukup tinggi (70%)
Permukaan sel yang mengandung proteoglikan turut berperan dalam berbagai fungsi biologis, termasuk proses adesi sel-sel, interaksi antara matriks dan sel, berperan sebagai ko-reseptor dari berbagai faktor pertumbuhan, dan proses perbaikan sel-sel. Ligamen periodontal juga mengandung massa yang mengalami kalsifikasi dan disebut sebagai cementicles, yang melekat atau terlepas dari permukaan akar gigi.



Cementicles kemungkinan berkembang dari sel epitelial yang mengalami kalsifikasi disekitar spikula sementum atau tulang alveolar yag secara traumatik mengalami pergeseran ke dalam ligamen periodontal dari serat Sharphey’s yang juga mengalami kalsifikasi atau dari pembuluh darah yang terkalsifikasi masuk ke dalam ligamen periodontal.
           





BAB III
PEMBAHASAN



3.1              Fungsi Ligamen Periodontal

Berikut ini adalah peran dari ligamen periodontal:

1)        Fungsi Mekanik/Fisik

Fungsi mekanik untuk melekatkan gigi ke tulang dan memberikan bantalan yang akan menahan sebagian kekuatan yang diarahkan ke gigi. Selain itu, serat pokok meneruskan tekanan gaya pada tulang alveolar ketika gaya pada oklusal dihasilkan. Tekanan penting dalam menjaga aposisi tulang trabekular dan pola normal, melindungi jaringan gingiva dalam hubungannya dengan gigi geligi

2)        Resistensi/daya tahan terhadap tekanan oklusal (shock absorption)

Dua buah teori yang berkaitan dengan mekanisme dukungan gigi adalah:

a.         Transional theory/teori tegangan terhadap dukungan gigi menyatakan bahwa serat-serat utama dari ligamen periodontal adalah faktor paling penting dalam memberikan dukungan pada gigi geligi dan menyalurkan tekanan pada tulang alveolar. Pada saat tekanan diaplikasikan pada mahkota gigi, serat utama pertama kali akan meluruskan tekanan tersebut dan menyalurkan ke tulang alveolar, sehingga menimbulkan perubahan bentuk yang elastik pada soket tulang. Pada akhirnya, pada saat tulang alveolar telah mencapai batasannya, daya kekuatan akan disalurkan ke dasar tulang.
b.        Teori sistem visko-elastik menyatakn bahwa pergeseran gigi geligi terutama dikontrol oleh pergerakan cairan, sedangkan serat hanya memiliki peranan sekunder.

3)        Penyaluran tekanan-oklusal pada tulang alveolar

Pada saat tekanan aksial/vertiakl diaplikasikan pada gigi, akan timbul pergeseran akar gigi didalam soket tulang alveolar. Serat oblique  tersusun seperti gelombang, dengan pola yang rapat, memanjang, dan memiliki fungsi utama untuk menahan tekanan aksial.
Pada saat tekanan diaplikasikan pada gigi, maka akan timbul dua tahap pergerakan gigi, pertama terbatas pada ligamen periodontal, dan yang kedua menghasilkan pergeseran pada tulang bagian fasial dan lingual. Pada saat tekanan, terjadi perbahan rotasi pada sumbu gigi.
Bagian apikal dari gigi bergerak dalam arah yang berlawanan dengan bagian koronal. Didalam daerah yang mendapatkan rangsangan ikatan serat-serat utama akan terlihat menegang, sedangkan pada daerah yang mendapatkan tekanan, serat juga akan tertekan dan gigi mengalami pergeseran kemudian terjadi kerusakan tulang. Pada gigi geligi berakar tunggal, rotasi sumbu gigi terletak didaerah antara sepertiga apikal dan sepertiga tengah akar gigi. Bagian apeks akar dan setengah tinggi mahkota dari perbatasan akar klinis gigi juga dianggap sebagai daerah rptasi lainnya yang berhubungan dengan rotasi pada sumbu gigi.
Ligamen periodontal merupakan bagian yang tersempit di area rotasi gigi pada sumbunya. Sedangkan pada gigi berakar ganda rotasi sumbu gigi terdapat di dalam tulang yang terletak diantara akar-akar gigi tersebut. Dengan adanya pergerakan fisiologis gigi yang selalu mengarah ke mesial, maka ligamen periodontal akan tampak lebih tipis dibagian permukaan akar mesial dibandingkan dengan bagian distalnya.


4)        Fungsi Formatif/Pembentukan dan Perbaikan

Fungsi formatif dilakukan oleh banyak sel jaringan ikat yang hadir. Cementoblas gigi akan terus menerus membentuk sementum, fibroblas terus membentuk colagen dan osteoblas membentuk tulang. Tanpa ligamen periodontal utuh, deposisi sementum dan tulang tidak mungkin terjadi terus menerus.

5)        Fungsi Nutrisi

Fungsi gizi dilakukan oleh suplai darah dari ligamentum periodontal ketika membawa produk makanan ke daerah sel-sel.

6)        Fungsi Sensorik

Saraf melakukan fungsi sensorik, baik rasa sakit dan reseptors proprioseptif hadir dan memainkan peran penting dalam pemantauan fungsi mandibula. Ligamentum periodontal juga telah dikenal sebagai membran periodontal. Namun, sejak struktur dan fungsi utama membran mirip dengan ligamen, maka istilah yang lebih disukai adalah ligamen periodontal.

BAB IV
PENUTUPAN



4.1       Kesimpulan
                       
            Ligament periodontal tersusun dari jaringan ikat fibroselular yang menempelkan sementum gigi ke alveolus. Berisi pembuluh darah, saraf, dan serabut-serabut yang bertindak seolah sebagai penyokong untuk gigi di dalam soketnya sehingga memungkinkan terjadinya sedikit pergerakan.
             





Rasa lelah yang sangat terasa membuat diri ingin menyerah Rasa lelah yang sangat terasa membuat diri ingin berhenti sejenak Namun apakah bol...