MAKALAH ANASTESI
PENATALAKSANAAN TEKNIK INFILTRASI SUB PERIOSTEAL dan SUPRA
PERIOSTEAL
DISUSUN OLEH :
1. DEWI
PUTRI AYU LESTARI (2013-11-051)
2. DWI
ELMO GHOZI FAUZANO (2013-11-059)
3. FANNY
RIZKI ( 2013-11-064)
4. FARAH
ANDITA TIMUR (2013-11-065)
5. FATMA
ZAHARA (2013-11-067)
6. FIBRINA
FITRISYANOER (2013-11-070)
7. FIESCA
ARIYANI P.S (2013-11-071)
8. FREDERICK
CRISTIAN OSMOND(2013-11-073)
9. GIOVANI
RICARDO HAMONANGAN (2013-11-075)
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS PROF. DR. MOESTOPO
(BERAGAMA) JAKARTA
2014/2015
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Definisi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal
Pada teknik ini, larutan
anestesi didepositkan antara periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur
ini terikat erat, suntikan tentu terasa sangat sakit. Karena itu, suntikan hanya
digunakan bila tidak ada alternatif lain atau bila anestesi superfisial dapat
diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada
palatum dan bermanfaat bila suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek
anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan
intraligament.
Suntikan subperiosteal
harus dihindari untuk pencabutan gigi rutin, biopsy jaringan lunak, atau
prosedur jaringan lunak lainnya karena periosteum dari tulang menyebabkan
pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki tulang, dan dapat menyebabkan
hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi yang berkepanjangan. Suntikan
subperiosteal akan memberikan anestesi lokal yang lebih baik ketika metode
supraperiosteal tidak efektif.
2.2
Definisi Teknik Infiltrasi Supra Periosteal
Supraperiosteal injeksi
“Paraperiosteal injeksi” lebih umum disebut infiltrasi lokal merupakan teknik anastesi
yang sering digunakan untuk anastesi pulpa pada perawatan satu atau dua gigi, dimana
penyuntikan dilakukan di sebelah luar atau di atas periosteum.
Pada
rahang atas dan rahang bawah sebelah anterior cortical plate sebelah luar
tipis, bila larutan anastesi lokal di deposit di luar atau di atas periosteum
maka larutan anastesi dapat meresap masuk ke periosteum ke cortical plate lalu
ke tulang alveolar yang porus.
BAB III
PEMBAHASAN
1.1
Teknik Infiltrasi
Berikut
adalah beberapa teknik untuk infiltrasi
1.
Disarankan menggunakan jarum pendek dengan
diameter 27 gauge
2.
Area insersi: pada daerah mucobuccal fold
di atas apeks pada gigi yang akan dianestesi
3.
Area taget: region apical
4.
Landmarks:
a.
Mucobuccal fold
b.
Mahkota gigi
c.
Root contour gigi
5.
Orentasi bevel: menujuataumenghadaptulang
6.
Prosedur:
a)
Mukosa dari mucobuccal fold dari gigi yang
akan ditreatment, dikeringkan
b)
Olesi daerah tersebut dengan atantiseptik atau
topical anastesi
c)
Jarum dimasukkan pada mucobuccal fold atau
mucolabial fold. Bevel jarum menghadap tulang, jarum diarahkan ke apeks gigi karena
saraf gigi masuk melalui apeks. Jarum suntik dimasukkan sampai di atas periosteum
d) Aspirasi
untuk melihat apakah jarum suntik masuk ke pembuluh darah atau tidak
e)
Jika tidak terdapat darah depositkan larutan
anastetikum sebanyak 0,6 ml (1/3 cartridge), lakukan secara
perlahan selama 20 detik. Untuk gingiva sebelah palatal atau lingual, jarum suntik
dimasukkan 5-10 mm dari cervik. Cari daerah yang lunak, bevel jarum suntik menghadap
jaringan lunak dari palatum dan membentuk sudut 45 derajat.
Untuk gigi M1 atas,
karena akar distal M1 atasdi persarafi oleh N. Alveolaris superior posterior,
akar mesial dipersarafi oleh N. Alveolaris superior media maka ada 2 cara infiltrasi
M1 atas:
·
Mucobuccal fold sebelah distal depositkan larutan
anastesi ¾ ml, sebelah mesial depositkan ¾ ml, di sini diperlukan dua kali
penyuntikan
·
Jarum dimasukkan di pertengahan mucobuccal
fold dari M1 atas, jarum diarahkan ke distal depositkan ¾ ml, tarik sedikit jarum
suntik tersebut lalu arahkan ke mesial depositkan ¾ ml larutan anstesi. Bagian
palatal sama dengan gigi lain
f)
Tarik peralahan syringe
g)
Tunggu 3-5 menit sebelum prosedur dental selanjutnya
1.2
Indikasi Teknik
Infiltrasi Sub Periosteal
Terdapat
beberapa indikasi dari teknik infiltrasi sub periosteal, antara lain :
1.
Teknik ini biasa digunakan pada palatum
2.
Teknik ini bermanfaat bila suntikan
supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi,
3.3 Indikasi
Teknik Infiltrasi Supra Periosteal
Terdapat beberapa indikasi dari teknik infiltrasi supra
periosteal, antara lain :
1.
Anastesi pulpa untuk perawatan satu atau dua
gigi (pencabutan gigi, apeks reseksi, pengasahan gigi untuk pembuatan crown dan
bridge)
2.
Anastesi jaringan lunak pada area yang
diindikasikan untuk pembedahan.
3.4 Kontra
Indikasi Teknik Infiltrasi Sub Periosteal
Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub
periosteal, antara lain :
1.
Untuk pencabutan gigi rutin
2.
Biopsy jaringan lunak, atau prosedur
jaringan lunak lainnya
Kedua kontra indikasi tersebut
dikarenakan periosteum dari tulang dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang akan memasuki
tulang, dan dapat menyebabkan hematoma subperiosteal serta nyeri pasca operasi
yang berkepanjangan.
3.5
Kontra Indikasi
Teknik Infiltrasi Supra Periosteal
Beberapa kontra indikasi dari teknik infiltrasi sub
periosteal, antara lain :
1. Infeksi
atau inflamasi akut pada area injeksi
2. Tulang
padat yang menutupi apeks gigi
3.6
Keuntungan dari
Aanastesi Lokal
Beberapa
keuntungan dari anastesi local antara lain, yaitu :
1.
Tidak diperlukan
persiapan khusus pada pasien
2.
Tidak membutuhkan
alat dan tabung gas yang kompleks
3.
Tidak ada resiko
obstruksi pernapasan
4.
Durasi anastesi
sedikitnya satu jam
5.
Pasien tetap sadar
dan kooperatif
3.7
Kerugian dari
Anastesi Lokal
Kerugian dari teknik anastesi lokal adalah tidak diperuntukkan
untuk area yang luas, karena membutuhkan lebih banyak insersi jarum dan total volume larutan anastesi yang lebih besar.
3.8 Penatalaksanaan (persiapan alat dan bahan)
A. Perlengkapan
atau alat-alat untuk anastesi:
1. Syringe
Macam-macam syringe:
a.
Terbuat dari metal yaitu metal cartridge, terdapat 3 macam:
·
aspirating type
·
non aspirating type
·
self aspirating type
b.
Terbuat dari gelas atau kaca semua, yaitu LuerLok
Type
c.
Terbuat dari plastic yaitu disposable
syringe
d.
Kombinasi metal dangelas
2. Jarum
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan jarum:
1)
Jarum harus steril atau disposable
2)
Jarum harus diganti bila sudah tiga kali
pakai walaupun pada satu pasien
3)
Memasukkan jarum kedalam mukosa jangan lebih
dari 2/3 panjang jarum, karena bila lebih saat patah akan mempersulit pengambilan
4)
Untuk infiltrasi jarum yang dipakai jarum pendek
2-2,5 cm dengan diameter 27-30 gauge
3.
Karpul atau ampul
Karpul = cartridge,
terdiridari:
·
Sileder gelas dengan volume 1,8-2 ml lokal
anastetikum
·
Karet untuk penghisap
·
Tutup aluminium karet diagram, tempat masuknya
jarum pada cartridge
Ampul: Terbuat dari gelas
semua
B.
Posisi operator dan pasien
Rahang
Atas
Ø Posisi
operator:
· Rahang
atas kanan: operator berdiri di samping penderita
· Rahang
atas kiri: operator berdiri sebelah kanan penderita dan agak kedepan
· Tangan
kiri operator: untuk jari telunjuk, menarik pipi/bibir dan memfikser syringe
· Tangan
kanan operator: untuk memegang syringe
Ø Posisi
pasien:
· Sandaran
kepaladiletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada satu
bidang
· Waktu
membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi-gigi rahang atas membentuk sudut
45 derajat dengan lantai
Rahang
Bawah
Ø Posisi
operator:
· Kanan:
operator di samping penderita agak kekanan
· Kiri:
operator berdiri di samping penderita agak kedepan
Ø Posisipasien:
· Sandaran
kepala diletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung terletak pada
satu bidang
· Waktu
penderita membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi rahang bawah membentuk
sudut 10 derajat dengan lantai